Wednesday, February 17, 2010

Lebih samar daripada jejak Semut Hitam di atas batu yang Hitam



Syirik adalah suatu perbuatan dosa yang lebih sulit (sangat samar) untuk dikenali daripada jejak semut yang merayap di atas batu hitam di tengah kegelapan malam
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (Al Baqarah [2]: 22)
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma –yang sangat luas dan mendalam ilmunya- menafsirkan ayat di atas dengan mengatakan,”Yang dimaksud membuat sekutu bagi Allah (dalam ayat di atas, pen) adalah berbuat syirik. Syirik adalah suatu perbuatan dosa yang lebih sulit (sangat samar) untuk dikenali daripada jejak semut yang merayap di atas batu hitam di tengah kegelapan malam.”

Kemudian Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mencontohkan perbuatan syirik yang samar tersebut seperti, ‘Demi Allah dan demi hidupmu wahai fulan’, ‘Demi hidupku’ atau ‘Kalau bukan karena anjing kecil orang ini, tentu kita didatangi pencuri-pencuri itu’ atau ‘Kalau bukan karena angsa yang ada di rumah ini tentu datanglah pencuri-pencuri itu’, dan ucapan seseorang kepada kawannya ‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu’, juga ucapan seseorang ‘Kalau bukan karena Allah dan karena fulan’. Akhirnya beliau radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,
Janganlah engkau menjadikan si fulan (sebagai sekutu bagi Allah, pen) dalam ucapan-ucapan tersebut. Semua ucapan ini adalah perbuatan SYIRIK.” (HR. Ibnu Abi Hatim) (Lihat Kitab Tauhid, Syaikh Muhammad At Tamimi)
Itulah syirik. Ada sebagian yang telah diketahui dengan jelas seperti menyembelih, bernadzar, berdo’a, meminta dihilangkan musibah (istighotsah) kepada selain Allah. Dan terdapat pula bentuk syirik (seperti dikatakan Ibnu Abbas di atas) yang sangat sulit dikenali (sangat samar). Syirik seperti ini ada 2 macam.
Pertama, syirik dalam niat dan tujuan. Ini termasuk perbuatan yang samar karena niat terdapat dalam hati dan yang mengetahuinya hanya Allah Ta’ala. Seperti seseorang yang shalat dalam keadaan ingin dilihat (riya’) atau didengar (sum’ah) orang lain. Tidak ada yang mengetahui perbuatan seperti ini kecuali Allah Ta’ala.
Kedua, syirik yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Syirik seperti ini adalah seperti syirik dalam ucapan (selain perkara i’tiqod/keyakinan). Syirik semacam inilah yang akan dibahas pada kesempatan kali ini. Karena kesamarannya lebih dari jejak semut yang merayap di atas batu hitam di tengah kegelapan malam. Oleh karena itu, sedikit sekali yang mengetahui syirik seperti ini secara jelas. (Lihat I’anatul Mustafid bisyarh Kitabut Tauhid, hal. 158, Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan)
Ya Allah jauhkanlah kami dari kesyirikan baik yang nampak maupun yang tersembunyi.

WaLlahu Ta'ala a'lam


Friday, February 12, 2010

Meraih Pahala dikala Hujan

Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur segala urusan manusia , di antara hal yang diatur oleh Islam adalah bagaimana sikap seorang muslim dalam menghadapi hujan. Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam telah mencontohkan kepada umatnya bagaiman sikap dan cara menghadapi hujan. Sesungguhnya termasuk hal yang disyariatkan ketika turun hujan, adalah mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan di antara petunjuk beliau adalah sebagai berikut:

1. Menyengaja diri kita agar terkena hujan, dan membuka sebagian pakaian kita agar terkena sebagian dari air hujan. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:


عن أنس رضي الله عنه قال: ( أصابنا ونحن مع رسول الله صلى الله عليه وسلم مطر، قال: فحسر رسول الله صلى الله عليه وسلم ثوبه حتى أصابه من المطر. فقلنا: يا رسول الله لم صنعت هذا؟ قال: لأنه حديث عهد بربه تعالى) رواه مسلم

“Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:”Kami bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tertimpa hujan, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membuka pakaian beliau sampai (tubuh beliau) terkena sebagian air hujan.”Maka kami berkata : ”Ya Rasulullah, kenapa anda melakukan hal itu?” Beliau menjawab :”Karena sesungguhnya dia (hujan) adalah baru dari Rabbnya Subhanahu wa Ta'ala .” (HR. Imam Muslim)

Maksud dari sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam لأنه حديث عهد بربه تعالى karena sesungguhnya dia (hujan) adalah baru dari Rabbnya adalah bahwasanya hujan itu diciptakan oleh Allah ketika turun, itu berarti hujan itu adalah rahmat dari Allah karena dekatnya antara waktu penciptaannya dengan waktu turunnya. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengaharap berkah dari Allah dengan turunnya hujan itu. Hal itu sebagaimana penjelasan para ulama terhadap hadits tersebut di dalam syarah shahih Muslim. Wallahu A‘lam

2. Mengucapkan dzikir atau doa ketika turun hujan, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika turun hujan beliau mengusapkan:


مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ.

“Kami dikaruniai hujan karena kemurahan Allah dan rahmat-Nya”

Sebagaimana terdapat dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari sahabat Zaid bin Khalid
radhiyallahu 'anhu

Dan juga beliau mengucapkan doa:


اَللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا.

“Ya Allah jadikanlah (hujan ini) hujan yang bermanfaat.”

Sebagaimana hadits shahih dari ‘Aisyah
radhiyallahu 'anha diriwayatkan oleh Imam Bukhari rahimahullah.

3. Termasuk hal yang disyariatkan ketika turun hujan adalah memperbanyak doa, karena saat itu adalah waktu dikabulkannya doa. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim dan dishahihkan oleh beliau.

4. Termasuk hal yang disyariatkan pula, apabila banyak turun hujan dan ditakutkan akan membawa bahaya, hendaknya mengucapkan:


اللهم حوالينا ولا علينا اللهم على الآكام والظراب و بطون الأودية ومنابت الشجر

( رواه البخاري ومسلم )

“Ya Allah (turunkan hujannya) di sekitar kami, jangan di atas kami,(akan tetapi) Ya Allah (turunkan hujannya) di atas pebukitan, lembah dan tempat-tempat yang banyak pohonnya.”(HR.Bukhari dan Muslim)

Dan tidak ada riwayat dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang bacaan doa yang diucapkan ketika terjadi kilat atau petir. Akan tetapi ada riwayat dari Ibnu Zubair bahwa beliau (Ibnu Zubair) apabila mendengar petir, beliau menghentikan pembicaraan lalu mengucapkan:


سبحان الذي يسبح الرعد بحمده والملائكة من خيفته

(رواه الإمام مالك بإسناد صحيح) .

“Maha Suci Allah, yang petir petir dan para Malaikat bertasbih dengan pujiaan-Nya, karena takut kepada_nya (Allah).”(Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Muwatha dengan sanad yang shahih)

Dan juga dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, bahwa beliau (Ibnu Umar) apabila mendengar petir beliau mengucapkan:


اللهم لا تقتلنا بغضبك ولا تهلكنا بعذابك وعافنا بعد ذلك

(أخرجه الإمام أحمد والترمذي)

“Ya Allah, janganlah Engkau membunuh kami dengan kemurkaan-Mu, dan janganlah Engkau membinasakan kami dengan azab-Mu, dan ampunilah kami setelahnya.”(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi)
Beliau berdoa denag doa itu karena beliau mengetahui bahwasanya Allah
Subhanahu wa Ta'ala telah membinasakan beberapa kaum terdahulu dengan petir dan hujan

اللهم صل و سلم و بارك على نبينا محمد

Sumber:

http://www.alsofwah.or.id/



Tuesday, February 2, 2010

Buhul Cinta

oleh Ust. Armen Halim Naro Rahimahullahu ta'ala

Cinta adalah air kehidupan, bahkan ia adalah rahasia kehidupan...

Cinta adalah kelezatan ruh, bahkan ia adalah ruh kehidupan...

Dengan cinta menjadi terang semua kegelapan...

Dengan cinta akan cerah alam kemanusiaan...

Dengan cinta akan bersemi perasaan... dan dengan cinta akan jernih segala pikiran...

Karena cinta, semua kesalahan akan di maafkan...

Karena cinta semua kelalaian akan diampunkan...

Karena cinta, akan dibesarkan arti kebaikan...

Tidakah anda melihat rusa betina mendekatkan diri kepada pejantanya?!

Tidakkah anda melihat tanah yang tandus merindukan curahan hujan?!

Tidakkah anda meliahat alam gembira menyambut kedatangan musim semi?!

Itu semua atas nama cinta... Ya, atas nama cinta!

Sekiranya lautan mempunyai pantai dan sekiranya sungai mempunyai muara...

Dan sekiranya jalan punya tapal batasnya...

Maka lautan cinta tidak berpantai dan sungai cinta tidak bermuara...

Serta jalan cinta tidak terbatas...

Sumber : kitab “buhul cinta, upaya melestarikan cinta pasutri sampai ke surga...

Monday, February 1, 2010

Agar Dikaruniai Keteguhan Hati

ياَ مُقَلِّبَ القُلُوب ِثَبّتْ قَلبِ ْعَلَى دينِكَ

“Wahai Robb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, lihat Shohih Sunan Tirmidzi III/171 no.2792)

Makna Kalimat

Muqollibal quluub” artinya, Maha membolak-balikan hati hamba dari keimanan menjadi kekufuran, atau sebaliknya. (Fathul Bari 18/468)

Sumber Do’a

Dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah, bahwa ‘Aisyah berkata : “Rosulullah shallallahu ‘alayhi wasallam sering berdo’a dengan mengucapkan : “Wahai Robb yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku untuk selalu taat kepada-Mu.” ‘Aisyah berkata : “Maka akupun bertanya, “Wahai Rosulullah, mengapa engkau sering berdo’a dengan do’a itu? Apakah yang sedang engkau khawatirkan?” Beliau menjawab : “Tidak ada yang membuatku merasa aman. Sedangkan hati-hati para hamba ini berada di antara dua jari Allah Yang Maha Pengasih.Sesungguhnya jika Ia hendak membalikkan hati seorang hamba-Nya, Dia tinggal membalikkanya begitu saja.” (HR Ahmad 4/302)



Faidah Faidah yang bisa diambil :

  1. Do’a ini yang seringkali dibaca dan diajarkan Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam kepada para shahabatnya untuk memohon keteguhan hati dan pendirian di atas ketaatan serta agar selamat dari rintangan.

  1. Ummu salamah Radhiyallahu ‘anha berkata : “Ini adalah do’a NabiShalallahu ‘alayhi wasallam yang paling banyak dibaca.”
    (Musnad Imam Ahmad 58/49)

  1. Dalam Hadits ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu Wata’ala Maha mampu membolak-balikkan hati hamba-Nya kapanpun Ia kehendaki, tidak ada yang bisa menghalanginya.
    (Syarah Shohih Muslim 155)

  1. Keteguhan hati adalah hal yang mutlak diperlukan oleh manusia dalam hidup ini, dalam seluruh aspek kehidupanya, khususnya dalam beribadah kepada Allah ‘Azza wa jalla.
  2. Di antara wujud keteguhan hati ialah teguh dalam memeluk agama Islam, tetap komitmen terhadap syari’at yang Allah tetapkan, teguh dalam memegang prinsip Islam, serta kuat dalam memegang janji.

  1. Di antara manfaat keteguhan hati ia akan menunjukkan kebenaran manhaj dan mendorong timbulnya kepercayaan dalam hati, ia merupakan cermin kepribadian seseorang dan ketenangan bagi orang di sekitarnya, merupakan syarat menuju ke agungan dan keluhuran dunia dan akhirat, juga merupakan jalan mencapai tujuan.

  1. Do’a yang serupa lainya adalah :

    اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ القُلُوب ِصَرِّف ْقُلُوبَناَ عَلَى طاَعَتِكَ

“Ya Allah, yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk tetap di atas ketaatan kepada-Mu.” (HR Muslim 2654)



Wallahu a'lam bishshawab.

sumber : Majalah al-Mawaddah edisi ke-6 Tahun ke-3 : Muharram-Shofar 1431 H (Januari 2010), Benteng Diri Muslim, Ust. Mukhlis Abu Dzar.

Menjadi Wanita Ahli Surga

Setiap manusia tentu punya cita-cita. Begitupun dengan para wanita, termasuk di dalamnya kaum muslimah. Puncak cita-cita itu adalah merasakan kenikmatan hakiki nan abadi, menjadi wanita ahli surga.

Menjadi wanita ahli surga berarti menjadi penduduk taman indah yang keelokanya tak terperikan oleh tulisan dan kata-kata. Di dalamnya terdapat berbagai bejana dari emas dan perak. Istana yang megah dengan balutan beragam permata. Berbagai macam kenikmatan yang belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terbetik di hati.

Wanita surga begitu mulia dan berharga. Rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam menggambarkanya dalam sebuah hadits :

“ …seandainya salah seorang wanita penduduk Surga menengok penduduk bumi niscaya dia akan menyinari antara keduanya (penduduk Surga dan penduduk bumi) dan akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan setengah dari kerudung wanita Surga yang ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan isinya.”
(HR. Bukhari dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu pada kitab ar-riqaq no 6568)

Di dalam Al qur an pun terdapat pula kisah-kisah tentang penghuninya :

“Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS Al Waqiah : 22-23)
“Dan di dalam Surga-Surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.” (QS Ar Rahman : 56)
“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.”
(QS Ar Rahman : 58)
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS Al Waqiah : 35-37)
Ciri wanita ahli surga

Mungkinkah menjadi wanita surga? Bukankah di surga sudah ada bidadari yang cantik yang bermata jeli? Kaum muslimah bisa tetap menjadi pendamping suaminya yang beriman kelak di surga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan kenikmatan yang diperoleh penduduk surga lainya. Tentunya sesuai dengan rahmat Allah yang diterimanya kemudian sesuai dengan amalnya selama di dunia. Jadi pasangan suami istri di dunia pun nanti bisa menjadi pasangan yang kekal di surga yang abadi.

Lantas bagaimana menjadi wanita ahli surga? Pada hakikatnya wanita ahli surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan rasul-Nya. Seluruh sifatnya merupakan cerminan ketaatanya. Diantara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :
  1. Bertaqwa.
  2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
  3. Bersaksi bahwa tiada illah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan naik haji bagi yang mampu.
  4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.
  5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.
  6. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.
  7. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.
  8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.
  9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.
  10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.
  11. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.
  12. Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).
  13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.
  14. Berbakti kepada kedua orang tua.
  15. Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.
Demikian sebagian ciri wanita Ahli Surga yang disebutkan dalam kitab Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422-423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman :
“ …dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS An Nisa’ : 13).
Apakah anda tertarik menjadi kandidatnya? Jalan taqwa membentang di depan anda, akankah anda memilih jalan yang menyimpang, wahai saudariku?

Wallahu A’lam Bish-Shawab

Sumber : Majalah Fatawa Vol. III/No.5, Rabiul Awwal 1428 Hijriyah/April 2007 dengan beberapa penambahan.

Sarana-Sarana Kebaikan

Dari Abu Malik al Harits bin Ashim al-Asy'ari Radhiyallahu 'anhu, ia mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Bersuci itu separuh keimanan, alhamdulillah memenuhi timbangan, Subhanallah wal hamdulillah memenuhi antara langit dan bumi, shalat itu cahaya, sedekah itu bukti, sabar itu sinar, dan Al qur an itu hujjah bagi perbuatan baikmu atau perbuatan jelekmu. semua manusia pergi untuk menjual dirinya, lalu ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya.” (HR Muslim)


Faidah-Faidah yang dapat di ambil dari Hadits ini :
  1. Anjuran bersuci dan menjelaskan kedudukanya dalam agama, serta bahwa bersuci itu separuh keimanan.
  2. Anjuran untuk memuji Allah dan bertasbih kepada-Nya, serta bahwa hal itu memenuhi timbangan. Sedangkan menghimpun antara tasbih dan pujian akan memenuhi antara langit dan bumi.
  3. Anjuran untuk menunaikan sholat dan bahwa ia adalah cahaya. Bercabang dari faidah ini bahwa sholat akan membuka untuk manusia pintu 'ilmu dan kefahaman.
  4. Anjuran untuk bersedekah, dan penjelasan bahwa sedekah itu bukti, serta bukti atas iman pelakunya.
  5. Anjuran bersabar dan bahwa ia adalah cahaya. Bersabar itu berat atas manusia sebagaimana berat menahan panas.
  6. Al-Qur’an adalah hujjah bagi perbuatan baik dan buruk mannusia. Tidak ada tengah-tengah , dimana ia tidak menjadi hujjah bagi perbuatan baik dan buruk manusia. Tetapi hanya dua kemungkinan : begini atau begitu. Kita memohon kepada Allah ‘azza wa jalla agar menjadikan al-Qur’an sebagai hujjah bagi kita, yang bermanfaat bagi kita.
  7. Setiap manusia pasti berbuat, berdasarkan sabdanya, “setiap manusia pergi (menuju pekerjaan mereka).” Disebutkan dari nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, “Sejujur-jujur nama adalah Harits dan Hammam”(Dhaif al-jami, no 2435) karena setiap manusia itu Harits (yang menanam) dan Hammam (yang bercita-cita dan melaksanakanya).
  8. Orang yang berbuat itu ada dua kemungkinan : ia membebaskan dirinya atau membinasakanya. Jika ia berbuat dengan menaati Allah dan menjauhi kemaksiatanNya, maka ia telah membebasakan dirinya dan memerdekakanya dari perbudakan setan. Jika perkaranya sebaliknya, maka ia telah membinasakanya.
  9. Kebebasan yang hakiki ialah melaksanakan ketaatan kepada Allah, dan bukanya manusia membebasakan dirinya untuk berbuat segala yang dikehendakinya. Ibnul Qoyyim berkata dalam an-Nuniyyah, “Mereka lari dari perbudakan yang karenanya mereka diciptakan, dan mereka ditimpa musibah menjadi budak nafsu dan setan”. Setiap manusia yang meninggalkan peribadatan kepada Allah, maka ia akan tetap dalam perbudakan setan, dan menjadi abdi untuk setan.

Wallahu A’lam Bish-Shawab

Dikutip dari kitab : "Ad-durroh as-salafiyah syarah al-Arba'in an-Nawawiyyah", hadits 23.

Tafsir Surat al-Fajr 15 - 20

Kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Allah bagi hamba-hamba-Nya.


Adapun manusia apabila Rabb-nya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata : “Rabb-ku telah memuliakanku”. (15) Adapun bila Rabb-nya mengujinya lalu membatasi Rizkinya, maka dia berkata : “Rabb-ku menghinakanku.” (16) Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, (17) dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, (18) dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang bathil), (19) dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (20) [QS_al-Fajr 15-20]

Allah Ta’ala berfirman mengingkari orang yang berkeyakinan, jika Allah meluaskan rizki kepadanya maka hal itu untuk mengujinya. Dia meyakini bahwa hal itu dari Allah sebagai penghormatan baginya. Padahal tidak demikian, tetapi itu adalah sebagai cobaan baginya.

Sebagaimana yang di firmankan Allah ta’ala : “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS_Al-mu’minun 55-56).

Demikian juga pada sisi lain, jika Dia menguji, memberi cobaan, dan mempersempit rizki, maka dia berkeyakinan bahwa hal tersebut sebagai penghinaan baginya dari Allah. Allah Ta’ala berfirman : “Sekali-kali tidak.” Artinya, masalahnya tidak seperti yang disangka, tidak dalam hal ini maupun hal lainya. Sebab, Allah Ta’ala memberikan harta kepada orang yang Dia cintai maupun orang yang tidak Dia cintai. Dan Dia akan mempersempit rizki orang yang Dia cintai maupun orang yang tidak dia cintai. Sesungguhnya yang menjadi poros dalam hal tersebut ada pada ketaatan kepada Allah pada masing-masing keadaan, di mana jika dia seorang yang kaya, maka dia akan bersyukur kepada Allah atas hal tersebut dan jika dia seorang yang miskin, maka dia akan senantiasa bersabar.

Dan firman Allah Ta’ala : “sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim.” Di dalamnya terkandung perintah untuk memuliakan anak yatim, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam pernah bersabda : “Aku dan pengasuh anak yatim seperti dua jari ini di surga.” (Sunan Abi Dawud, di dalam kitab al-Adab) Beliau mensejajarkan dan menggabungkan jadi tengah dan jari telunjuk.

“Dan kamu tidak mengajak memberi makan orang miskin,” yakni tidak memerintahkan untuk berbuat baik kepada kaum fakir miskin serta memerintahkan sebagian mereka atas sebagian lainya dalam hal tersebut. “Dan kamu memakan harta pusaka,” yakni harta warisan. “Dengan cara mencampurbaurkan,” yakni berasal dari manapun harta itu diperoleh, baik dari yang halal maupun yang haram. “Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” Yakni secara berlebih-lebihan. Sebagian yang lain menambahkan secara keji.

Wallahu a'lam bishshawab.

sumber : Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 10, Dr. 'Abdullah bin Muhammad bin 'Abdurrahman bin Ishaq alu Syaikh