Saturday, January 30, 2010

Cinta Dunia Tanda Kehancuran


oleh : Abu Mas’ud al-Atsari Wahai kaum muslimin—semoga Alloh memberikan hidayah-Nya kepada kita—cinta adalah pokok seluruh amalan. Tidaklah seseorang mengerjakan sesuatu melainkan demi meraih apa yang ia cintai, apakah itu sesuatu yang membawa manfaat baginya atau sesuatu yang bisa menangkal madhorot (bahaya) yang akan menimpanya. Dengan cinta seseorang bisa mencapai kebahagiaan. Dengan cinta pula seseorang akan terjerumus ke dalam lembah kenistaan. Surga yang penuh kenikmatan bisa diraih dengan cinta. Begitu pula neraka yang penuh dengan kesengsaraan, orang bisa masuk ke dalamnya disebabkan cinta pula. Lantas bagaimanakah jika seseorang lebih mencintai urusan dunia daripada hal­hal yang bisa mengantarkan pada kebahagiaan akhirat yang abadi? Indahnya Dunia Menurut Pandangan Islam “Dunia” bila dilihat dari asal katanya berarti sesuatu yang rendah. Al-Qur‘an sendiri mengatakan di banyak ayatnya bahwa dunia itu hanyalah senda gurau dan permainan. Ia merupakan kehidupan yang fana dan pasti akan berakhir. Alloh berfirman :
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main main, dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (QS al-'Ankabut : 64)
Pada suatu ketika, Rosululloh shalallahu 'alaihi wasallam melewati sebuah pasar yang di dalamnya terdapat seekor bangkai kambing yang telinganya putus lantas beliau menawarkannya kepada para sahabatnya dengan harga satu dirham. Akan tetapi, para sahabat tidak mau. Kemudian beliau menawarkan secara cuma­cuma (gratis). Lagi­lagi, para sahabat menolaknya seraya berkata :
“Demi Allah, kalau seandainya kambing ini masih hidup maka ia ada cacatnya karena telinganya tersebut, lalu bagaimana jika ia sudah menjadi bangkai dan dalam keadaan seperti itu?” Maka dengan bijak Rosululloh shalallahu 'alaihi wasallam memberi pengarahan kepada para sahabatnya dengan mengatakan: “Demi Alloh, sungguh dunia ini lebih hina daripada seekor kambing ini.” (HR Muslim: 2957)
Walaupun demikian, bukan berarti kita harus meninggalkannya seperti yang dilakukan orang-orang sufi. Akan tetapi, kita memanfaatkan dunia sekadarnya saja karena dunia ini diciptakan oleh Alloh hanyalah sebagai sarana untuk menggapai kebahagiaan yang hakiki di akhirat kelak. Cinta Dunia Adalah Tabiat Manusia Di antara sifat manusia yang merupakan bawaan sejak lahir adalah cinta akan bapak, ibu, suami, istri, anak, harta yang melimpah, nyaman dan mewahnya kendaraan, banyaknya binatang ternak, dan suksesnya perniagaan. Hal ini bisa jadi lumrah lantaran itu semua memang salah satu tabiat manusia sebagaimana firman Alloh :
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang­binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allohlah tempat kembali yang baik (surga). (QS Ali 'Imron : 14)
"Cinta bawaan” ini akan membuahkan kebahagiaan yang berlipat ganda bila pemiliknya tidak mencurahkan semua benih­benih cinta tersebut dalam hatinya hanya melulu kepadanya. Namun, ia mencintainya sekadar sebagai sarana untuk menggapai keridhoan Robbul ’alamin (Alloh 'azza wa Jalla) dengan menunaikan segala kewajiban­Nya serta meninggalkan semua hal-hal yang membuat Dia murka. Ciri-Ciri Pencinta Dunia Sebenarnya banyak ciri-ciri orang yang lebih mencintai dunia daripada akhirat. Akan tetapi akan kami sebutkan beberapa saja, di antaranya :
  1. Seseorang yang mencintai sesuatu tentu akan senang dan akan menyebut-nyebut sesuatu yang ia cintai dan sangat senang bercengkerama dengannya. Ia akan merasa damai dan tenteram bila berada di sampingnya. Bila berjauhan ia akan merasa terus merindukannya dan ingin selalu berjumpa dengannya. Bila berpisah dengannya akan terasa sangat berat baginya.
  2. Orang yang cinta kepada sesuatu pastilah lebih mengutamakan apa yang dicintainya daripada yang lain. Demi mendapatkan apa yang ia cintai, ia rela mengorbankan harta, waktu, dan bahkan nyawa. Ini terbukti dengan makin banyaknya aturan-aturan Islam yang ia tinggalkan karena tergoda dengan gemerlapnya dunia yang telah menipunya. Maka siapa saja yang merasa pada dirinya ada sifat-sifat ini ketika menghadapi kenikmatan dunia maka ia termasuk orang yang cinta dunia secara tidak proporsional (menempatkan pada tempatnya) bahkan berlebih lebihan.
Akibat Cinta Dunia yang Berlebihan Cinta dunia bila diletakkan pada tempatnya tidak akan mengakibatkan kesengsaraan yang berkepanjangan. Akan tetapi, jika melebihi cintanya kepada Alloh maka akan berakibat sangat buruk, di antaranya :
  1. Harga dirinya akan hina di hadapan para musuhnya sehingga laksana makanan dalam piring yang siap untuk disantap. Sebagaimana sabda Rosululloh yang artinya : “Hampir saja umat-umat (kafir) mengerumuni kalian sebagaimana mereka mengerumuni makanan di sebuah piring.” Salah seorang di antara mereka bertanya: “Apakah jumlah kita pada waktu itu sangat sedikit?” Rosululloh menjawab: “Kalian pada waktu itu sangat banyak jumlahnya tetapi seperti buih yang ada di lautan. Alloh akan menghilangkan rasa takut dari musuh-musuh kalian dan memberikan al-Wahn pada hati-hati kalian.” Lantas ada yang bertanya: “Apakah al-wahn itu wahai Rosululloh?” Rosulullloh n menjawab : Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Dawud : 4297 dan dishohihkan Syaikh al-Albani dalam ash-Shohihah : 2/684)
  2. Sebagai sebab yang bisa mengundang datangnya siksa Alloh (QS at-Taubah : 24)
  3. Yang lebih parah lagi, ketika di akhirat ia akan menempati neraka yang telah disediakan oleh Alloh, berdasarkan firman Alloh : Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (QS an-Nazi’at : 37­39)
Kiat-Kiat Agar Selamat dari Cinta Dunia
  1. Sadarilah bahwa kenikmatan dunia itu hanyalah bersifat sementara sedangkan kenikmatan akhirat itu bersifat kekal nan abadi. (QS al-Mukmin : 39)
  2. Cermatilah kehidupan orang­orang terdahulu. Bandingkanlah pencinta dunia—seperti Qorun, Haman, Fir’aun, dll. dengan pencinta negeri akhirat—seperti para nabi dan rosul, sahabat Rosululloh, dll. dan lihatlah apa yang mereka peroleh dari perbuatan mereka.
  3. Do’a merupakan senjata bagi seorang muslim. Oleh karena itu, berdo’alah kepada Alloh supaya Dia tidak menjadikan dunia ini sebagai cita-cita (tujuan) terbesar hidup kita.
  4. Lihatlah orang-orang yang lebih rendah daripada engkau (dari segi ekonomi) dan jangan melihat kepada orang­orang yang di atasmu, karena hal itu bisa menambah untuk bisa bersyukur kepada Alloh dan tidak berambisi terhadap kenikmatan dunia. Demikianlah yang bisa kami bahas dalam edisi kali ini. Semoga Alloh mengampuni kekurangan dan kesalahan yang ada di alamnya.
Akhirnya, semoga Alloh 'Azza wa Jalla membukakan hati saudara-saudara kita yang sedang dimabuk cinta dunia hingga melalaikan tugasnya sebagai hamba Alloh yang wajib beribadah hanya kepada-Nya saja. Dan semoga Alloh 'Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk orang-orang yang menjadikan dunia ini sebatas sarana dan bukan tujuan utama hidup. Aamiin. WaLlohu A’lam bish­Showab. Sumber : buletin Al Furqon Volume 9 No.2 Muharrom 1430 Semoga bermanfaat... Silakan share bagi yang berkenan...

0 komentar:

Post a Comment

Silakan Tinggalkan komentar yang berhubungan dengan materi. terima kasih telah berbagi...