Seorang hamba akan ditanya tentang ilmunya, apa yang dikerjakan dengan ilmu tersebut…
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa manusia kelak pada hari kiamat akan ditanya tentang ilmu yang dia peroleh, apa yang telah ia lakukan dengan ilmu tersebut? Sebagaimana hadits dari Abi Barzah al-Aslami rodhiyallohu ‘anhu, bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah bergesar kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga dia ditanya tentang empat hal –dan disebutkan di antaranya- tentang ilmunya, apa yang telah diperbuat dengan ilmu tersebut.” (HR Tirmidzi: 2417)
Diriwatakan dari Abi Darda’ rodhiyallohu anhu, beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata, “Sesungguhnya yang sangat saya takutkan pada hari kiamat adalah tatkala Robbku memanggilku, kemudian berkata, ‘Wahai Uwaimir! Apa yang kamu kerjakan dari hal-hal yang kamu ketahui?’”
Ini merupakan perkara yang besar, keadaan yang sangat mengkhwatirkan, setiap dari ilmu yang diperoleh seorang hamba kelak hari kiamat akan ditanya: apa yang kamu kerjakan dari hal-hal yang kamu ketahui? Karena maksud dari ilmu adalah amal, sebab itu setiap manusia akan ditanya tentang ilmunya yang telah ia pelajari.
Salah seorang dari kalangan ulama salaf datang dan berkata, “Seandainya aku bisa selamat dari ilmuku –yang dimaksud ilmu yang telah ia pelajari- itu sudah cukup bagiku, meski aku tidak mendapatkan apa-apa.”
Ini menunjukkan akan tingginya kewaro’an para ulama salaf -rohimahumulloh- dan tingginya ketakutan mereka yang disertai keinginan akan kebaikan dari ilmu dan amal mereka, sebagaimana yang dikatakan oleh al-Hasan al-Basri rohimahulloh, ”Sesungguhnya seorang mukmin terkumpul dalam dirinya antara berbuat baik dan rasa takut, dan orang munafik dalam dirinya antara kejelekan dan angan-angan.” Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Abdulloh bin Abi Mulaikah rohimahulloh, ”Aku mendapati 30 orang lebih dari kalangan para sahabat mereka semua takut nifak ada dalam diri mereka.”
Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengumpulkan dalam diri mereka dua keadaan yang sangat agung: keadaan kebaikan dalam beramal dan kesungguhan dalam ketaatan, dan dalam satu waktu: rasa ketakutan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan amal perbuatan itu tidak diterima:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. (QS al-Mukminun: 60)
Dari ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha berkata, “Aku bertanya kepada Rosululloh tentang ayat ini, kemudian aku berkata, ‘Apakah mereka orang-orang yang minum-minuman keras, berzina, dan mencuri?’ Nabishallallahu alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak wahai anak as-Siddiq –Abu Bakar as-Siddiq-, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, sholat, bershodaqoh, dan mereka takut amal perbuatan itu tidak diterima oleh Allah, merekalah orang-orang yang bersegera dalam berbuat kebaikan.‘”
Dan firman Alloh Azza wa Jalla:
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitulloh bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah daripada kami (amalan kami), (QS al-Baqoroh: 127)
Tatkala Wuhaib bin al-Warod rohimahulloh membaca ayat ini, ia pun menangis, seraya berkata, “Wahai kekasih Alloh kholilurrohman! Engkau meninggikan dasar-dasar bangunan rumah Alloh –baitu ar-Rohman- dan engkau merasa hina, takut amalanmu itu tidak diterima.”
(Disadur dari kitab Prof. DR Syaikh Abdurrozzaq al-Badr (hafidhohulloh) dengan judul Tsamrotu al-’Ilmi wa al-’Amal oleh Maryono, S.Th.I)
sumber : //www.majalahislami.com/
0 komentar:
Post a Comment
Silakan Tinggalkan komentar yang berhubungan dengan materi. terima kasih telah berbagi...