Dari Abu Malik al Harits bin Ashim al-Asy'ari Radhiyallahu 'anhu, ia mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Bersuci itu separuh keimanan, alhamdulillah memenuhi timbangan, Subhanallah wal hamdulillah memenuhi antara langit dan bumi, shalat itu cahaya, sedekah itu bukti, sabar itu sinar, dan Al qur an itu hujjah bagi perbuatan baikmu atau perbuatan jelekmu. semua manusia pergi untuk menjual dirinya, lalu ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya.” (HR Muslim)
Faidah-Faidah yang dapat di ambil dari Hadits ini :
- Anjuran bersuci dan menjelaskan kedudukanya dalam agama, serta bahwa bersuci itu separuh keimanan.
- Anjuran untuk memuji Allah dan bertasbih kepada-Nya, serta bahwa hal itu memenuhi timbangan. Sedangkan menghimpun antara tasbih dan pujian akan memenuhi antara langit dan bumi.
- Anjuran untuk menunaikan sholat dan bahwa ia adalah cahaya. Bercabang dari faidah ini bahwa sholat akan membuka untuk manusia pintu 'ilmu dan kefahaman.
- Anjuran untuk bersedekah, dan penjelasan bahwa sedekah itu bukti, serta bukti atas iman pelakunya.
- Anjuran bersabar dan bahwa ia adalah cahaya. Bersabar itu berat atas manusia sebagaimana berat menahan panas.
- Al-Qur’an adalah hujjah bagi perbuatan baik dan buruk mannusia. Tidak ada tengah-tengah , dimana ia tidak menjadi hujjah bagi perbuatan baik dan buruk manusia. Tetapi hanya dua kemungkinan : begini atau begitu. Kita memohon kepada Allah ‘azza wa jalla agar menjadikan al-Qur’an sebagai hujjah bagi kita, yang bermanfaat bagi kita.
- Setiap manusia pasti berbuat, berdasarkan sabdanya, “setiap manusia pergi (menuju pekerjaan mereka).” Disebutkan dari nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, “Sejujur-jujur nama adalah Harits dan Hammam”(Dhaif al-jami, no 2435) karena setiap manusia itu Harits (yang menanam) dan Hammam (yang bercita-cita dan melaksanakanya).
- Orang yang berbuat itu ada dua kemungkinan : ia membebaskan dirinya atau membinasakanya. Jika ia berbuat dengan menaati Allah dan menjauhi kemaksiatanNya, maka ia telah membebasakan dirinya dan memerdekakanya dari perbudakan setan. Jika perkaranya sebaliknya, maka ia telah membinasakanya.
- Kebebasan yang hakiki ialah melaksanakan ketaatan kepada Allah, dan bukanya manusia membebasakan dirinya untuk berbuat segala yang dikehendakinya. Ibnul Qoyyim berkata dalam an-Nuniyyah, “Mereka lari dari perbudakan yang karenanya mereka diciptakan, dan mereka ditimpa musibah menjadi budak nafsu dan setan”. Setiap manusia yang meninggalkan peribadatan kepada Allah, maka ia akan tetap dalam perbudakan setan, dan menjadi abdi untuk setan.
Wallahu A’lam Bish-Shawab
Dikutip dari kitab : "Ad-durroh as-salafiyah syarah al-Arba'in an-Nawawiyyah", hadits 23.
0 komentar:
Post a Comment
Silakan Tinggalkan komentar yang berhubungan dengan materi. terima kasih telah berbagi...